Sapa: Jurnal Kateketik dan Pastoral
https://e-journal.stp-ipi.ac.id/index.php/sapa
<p>Jurnal Kateketik dan Pastoral - Sekolah Tinggi Pastoral IPI Malang</p>Sekolah Tinggi Pastoral IPI Malangen-USSapa: Jurnal Kateketik dan Pastoral2503-5150Sharing Iman Yakub Berdasarkan Kejadian 48:15-16 dan Implementasinya dalam Pendidikan Iman Anak
https://e-journal.stp-ipi.ac.id/index.php/sapa/article/view/679
<p>Pendidikan iman anak merupakan tanggung jawab utama orang tua yang dimulai dari keluarga, yang merupakan lingkungan pertama bagi anak. Dalam Alkitab, khususnya Perjanjian Lama, peran orang tua dalam mendidik iman anak sangat ditekankan. Sebagai contoh, dalam Kejadian 48:15-16, Yakub memberikan sharing iman kepada anak-anaknya, Efraim dan Manasye, dengan menyatakan bahwa Allah adalah "gembala" yang baik dan "malaikat" sebagai pembebas. Melalui berkat ini, Yakub tidak hanya memberikan harapan bagi masa depan keturunannya, tetapi juga mewariskan iman yang mendalam kepada Allah. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji peran orang tua dalam pendidikan iman anak, dengan mengangkat contoh sosok Yakub dalam berbagi iman. Implementasi sharing iman dalam keluarga sangat penting untuk membangun pondasi iman yang kuat pada anak-anak. Orang tua diharapkan untuk aktif memberi contoh dan berbagi iman, baik dalam kondisi baik maupun sulit, sebagai bagian dari tanggung jawab mendidik iman anak sesuai ajaran Gereja dan ajaran Alkitab.</p>Monica Innanda ChiaralazzoAlfonsus Krismiyanto
Copyright (c) 2025 Monica Innanda Chiaralazzo, Alfonsus Krismiyanto
2024-11-302024-11-309214815510.53544/sapa.v9i2.679Deklarasi Istiqlal dan Reinforcement Dialog Inter-religius di Indonesia
https://e-journal.stp-ipi.ac.id/index.php/sapa/article/view/670
<p>Pada 5 September 2024, di Masjid Istiqlal, berlangsung peristiwa bersejarah yang disaksikan oleh para pemimpin dan tokoh multiagama, di mana Pemimpin Gereja Katolik Sedunia, Paus Fransiskus, dan Imam Besar Masjid Istiqlal, Nassarudin Umar, menandatangani Deklarasi Bersama Istiqlal. Dokumen ini menjadi simbol kuat komitmen lintas agama dalam memperkuat dialog, membangun perdamaian, serta meneguhkan peran agama dalam menjawab isu sosial-kemanusiaan di Indonesia. Karya tulis ini mengkaji makna dan implikasi deklarasi tersebut sebagai fondasi bagi penguatan dialog inter-religius, yang tidak hanya sebatas wacana, tetapi juga mendorong kerja sama konkret dalam membangun masyarakat harmonis dan inklusif. Dengan menganalisis isi deklarasi serta konteks sosialnya, tulisan ini menunjukkan bahwa peran agama yang aktif dalam menjawab tantangan zaman dapat memperkuat sinergi antarumat beragama. Deklarasi ini diharapkan menjadi inspirasi bagi inisiatif dialog dan aksi nyata demi menciptakan kehidupan yang lebih damai dan berkeadilan.</p>Donatus Doni Koli
Copyright (c) 2025 Donatus Doni Koli
2024-11-302024-11-309210811910.53544/sapa.v9i2.670Intervensi Gereja Katolik dalam Menyelesaikan Kasus Perselingkuhan: Studi Kontekstual di Manggarai
https://e-journal.stp-ipi.ac.id/index.php/sapa/article/view/657
<p>Gereja Katolik berperan strategis dalam membentuk tatanan sosial dan moral masyarakat Manggarai, terutama dalam menyelesaikan konflik seperti kasus perselingkuhan yang mengancam stabilitas keluarga. Pendekatan inkulturasi, seperti penggunaan elemen adat Compang dalam ajaran Injil, memungkinkan harmonisasi nilai agama dan budaya lokal. Dalam penyelesaian perselingkuhan, Gereja berfungsi sebagai mediator, bekerja sama dengan tokoh adat untuk menyelesaikan konflik secara damai. Melalui homili, pendidikan keluarga, dan sakramen rekonsiliasi, Gereja mengajarkan nilai kesetiaan pernikahan. Selain itu, kelompok kategorial seperti Marriage Encounter memberikan pendampingan spiritual bagi pasangan bermasalah, memperkuat komitmen berdasarkan pandangan pernikahan sebagai sakramen. Meski demikian, resistensi terhadap inkulturasi menjadi tantangan, menuntut pendekatan yang lebih inklusif. Penelitian ini mengeksplorasi bagaimana teologi kontekstual Gereja berkontribusi pada resolusi konflik dan harmoni sosial di masyarakat Manggarai.</p>Febrian Mulyadi AngseminRobertus Mirsel
Copyright (c) 2025 Febrian Mulyadi Angsemin, Robertus Mirsel
2024-11-302024-11-309212012510.53544/sapa.v9i2.657Mengintegrasikan Katekese, Pastoral, dan Tindakan Sosial: Model Pendampingan Katekis untuk Menciptakan Transformasi Umat
https://e-journal.stp-ipi.ac.id/index.php/sapa/article/view/649
<p>Latar belakang penelitian ini berfokus pada pentingnya integrasi katekese, pastoral, dan tindakan sosial dalam membentuk umat Katolik yang bertanggung jawab sosial dan berlandaskan iman. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi bagaimana ketiga elemen tersebut dapat bekerja bersama dalam mengubah kehidupan umat, baik secara spiritual maupun sosial. Metode yang digunakan adalah studi literatur yang mengkaji berbagai teori dan praktik terkait katekese, pastoral, dan aksi sosial dalam konteks Gereja Katolik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa integrasi katekese, pastoral, dan tindakan sosial memiliki dampak positif dalam membentuk karakter iman umat Katolik. Ketiga elemen ini saling mendukung dalam memperdalam pemahaman agama dan mendorong partisipasi umat dalam kegiatan sosial. Kolaborasi yang baik antara ketiganya mampu menciptakan perubahan positif dalam kehidupan spiritual dan sosial umat. Simpulan penelitian ini menunjukkan bahwa integrasi katekese, pastoral, dan tindakan sosial merupakan kunci dalam pembentukan karakter iman umat Katolik. Implementasi yang efektif dari ketiga elemen ini dapat meningkatkan kedalaman spiritual dan keterlibatan umat dalam kegiatan sosial.</p>Yohanes Chandra Kurnia Saputra
Copyright (c) 2025 Yohanes Chandra Kurnia Saputra
2024-11-302024-11-309215617310.53544/sapa.v9i2.649Kristus dalam Berbagai Budaya
https://e-journal.stp-ipi.ac.id/index.php/sapa/article/view/646
<p>Gereja dan budaya tidak bisa dipisahkan. Gereja dapat semakin mengakar dan bertumbuh dalam budaya. Dalam perjalanan sejarah, hubungan antara gereja dan budaya dibagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama, gereja pada masa awal masih menyatu dengan budaya. Bagian kedua terjadi saat gereja memisahkan diri dari budaya. Gereja tidak bersentuhan dengan kebudayaan. Bagian ketiga merupakan masa dimana gereja kembali membangun hubungan dengan budaya. Akan tetapi dalam perjalanannya, gereja belum sepenuhnya menerima dan menggali makna dari budaya. Gereja seringkali mengabaikan dan bahkan mau menghilangkan suatu kebudayaan. Tujuan penulisan ini ialah menggali teologi kontekstual dalam berbagai budaya. Metode penelitian yang digunakan ialah kajian pustaka. Hasil penelitian ialah Kristus dapat ditemukan dalam budaya Jawa, Sumba, Timor dan Toraja. Masing-masing budaya mempunyai penyebutan untuk memperkenalkan Yesus Kristus. Menurut budaya Jawa, Kristus dihubungkan dengan tokoh Semar. Dalam budaya Sumba, Kristus dianalogikan sebagai Marapu sejati. Panggilan suku Timor untuk Yesus Kristus ialah Nai Maromak. Sedangkan dalam budaya Toraja Kristus disebut sebagai Tomanurun dan alang. Kesimpulan penelitian ialah teologi kontekstual sudah dilaksanakan dalam beberapa budaya di Indonesia.</p>Jhon Daeng MaejaRosalia Ina KiiMaria Felicitas MaliEugene Mario WidiatmokoLina Sriwahyuni
Copyright (c) 2025 Jhon Daeng Maeja, Rosalia Ina Kii, Maria Felicitas Mati, Eugene Mario Widiatmoko, Lina Sriwahyuni
2024-11-302024-11-309212613910.53544/sapa.v9i2.646