OPTIMALISASI SELF-REGULATED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN SUCCESS IDENTITY
Keywords:
success identity, self-regulated learningAbstract
Setiap anak seharusnya memperoleh kesempatan untuk menciptakan success identity, terutama ketika usianya memasuki tahap perkembangan psikososial industry versus inferiority. Pada tahap ini, sejumlah besar energi disalurkan untuk menguasai keahlian sosial yang diperlukan pada masa dewasanya kelak. Jika tidak memperoleh pengalaman sukses, maka anak dapat mengalami perasaan rendah diri (inferiority) yang berpotensi mempengaruhi proses belajar dan tahap-tahap perkembangan selanjutnya. Oleh sebab itu, pada tahap ini menjadi langkah awal yang harus diraih anak untuk menciptakan success identity. Pemenuhan kebutuhan identity ditentukan oleh sejauh mana individu merasa dirinya mampu memenuhi kebutuhan akan cinta (love) dan kebutuhan untuk merasa dirinya berharga (worthwhile), baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Namun sayangnya, individu tidak dapat secara otomatis mencapai perasaan berharga itu tanpa pengetahuan dan kemampuannya untuk berpikir. Cara terbaik untuk menggali potensi siswa dalam berpikir adalah dengan self-regulated learning (SRL), yang dapat dimaknai sebagai sejauh mana siswa secara metacognitive, motivational, dan behavioral, berpartisipasi aktif dalam proses belajarnya sendiri. Dalam metacognitive processes, siswa yang self-regulated melakukan proses-proses plan, set goals, organize, self-monitor, dan self- evaluate. Dalam motivational processes, siswa yang self-regulated menampilkan self-efficacy, self-attribution, dan menunjukkan minat pada tugas-tugas intrinsik yang tinggi. Siswa yang demikian adalah siswa yang self-starter, yang menampilkan usaha dan ketekunan luar biasa. Sementara itu, dalam behavioral processes, siswa yang self-regulated melakukan proses memilih, menyusun, dan menciptakan lingkungan belajar yang dapat mengoptimalkan proses belajarnya. Alhasil, penelitian-penelitian seputar SRL menunjukkan kaitan yang erat antara SRL dan prestasi belajar, di mana individu yang menerapkan strategi SRL secara optimal cenderung memiliki prestasi belajar yang lebih tinggi, sebab siswa yang menerapkan SRL melihat dirinya sebagai agen dari perilakunya sendiri. Siswa yang demikian, meyakini bahwa belajar adalah proses proaktif, self-motivated, dan menghubungkan success identity atau failure identity pada besarnya usaha, bukan pada faktor keberuntungan, atau sumber-sumber lain yang tak dapat dikendalikannya. Siswa yang demikian menggambarkan pribadi yang bertanggung jawab (responsible person), pribadi yang memiliki kesehatan mental, yang dapat mengekspresikan perasaan- perasaannya secara bebas, bertindak secara mandiri, dan pada akhirnya menjadi pribadi yang sungguh-sungguh berfungsi secara sempurna (fully functioning person).