PERJUMPAAN INTERKULTURAL GURU DAN SISWA UNTUK MENGIKIS BUDAYA TIDAK BERANI BERPENDAPAT
Keywords:
perjumpaan interkultural, budaya kolektif, budaya individualis, tidak berani berpendapatAbstract
Setiap bayi dilahirkan dengan tangisan yang mirip bahkan sama, namun akhirnya mereka mengembangkan kecakapan bahasa yang berbeda. Hal itu terjadi karena pengaruh lingkungan dan pendidikan yang diterimanya. Paling mudah mengidentifikasi perbedaan budaya adalah dari bahasanya. Interaksi berbagai budaya kerap dijumpai di masyarakat, termasuk di sekolah-sekolah. Penulis tertarik mempelajari interaksi dua budaya di sekolah, yakni budaya Indonesia Timur yang lebih terbuka, diwakili oleh guru, dan budaya Jawa yang cenderung tidak berani berpendapat dari kalangan siswa. Apakah perjumpaan interkultural guru dan siswa dapat mengikis ketidakberanian berpendapat? Beberapa teori mengemukakan bahwa budaya diwariskan dari generasi ke generasi. Dua polar budaya yang terus diperbincangkan adalah budaya kolektif dan individualis, yang keduanya bertalian erat dengan pemilihan kata dan pembentukan kalimat dalam berkomunikasi. Seorang yang berkomunikasi lebih dari satu bahasa, akan memiliki pola pikir mengikuti bahasa yang sedang digunakannya. Uncertainty management theory menyebutkan, komunikasi seseorang dipengaruhi konsep diri, motivasi berinteraksi, reaksi terhadap orang asing, kategori sosial orang asing, proses situasional, dan koneksi dengan orang asing. Unsur-unsur tersebut mempengaruhi kecemasan, menyebabkan ketidakberanian mengungkapkan pendapat termasuk bertanya. Interaksi interkultural yang terjadi di kelas menempatkan guru sebagai pusat perhatian siswa. Gaya komunikasi yang dipengaruhi oleh budaya aslinya, berpengaruh pada siswa. Timbulah konflik dalam diri siswa: mendengarkan guru sebagai kepatuhan versus guru yang menawarkan gaya lebih bebas berekspresi. Bila proses ini berjalan natural, maka ketidakberanian mengemukakan pendapat akan terkikis. Namun perjumpaan interkultural juga berpotensi menyebabkan miskomunikasi dan salah paham. Jika terus terjadi, dapat mengakibatkan antitesis hipotesa dalam artikel ini.